Di Tepi Sungai Dajlah
Stock | : | Ready Stock 8.0 pcs |
Berat | : | 0,24 Kg |
This product has no valid combination.
30-dagar pengarna tillbaka garanti
Fri Leverans i Sverige
Köp nu, få om 2 dagar
Submit your review about this Product
Please Sign in to rate this Product
Di Tepi Sungai Dajlah
Penulis : Buya Hamka
Ketika itu, Kira-kira jam 10 pagi, Ahad 20 oktober 1950 M, dan langit lazuardi yang bewarna belau (Biru pekat) tidak sedikitpun dilindungi awan, saya berdiri di tepi sungai Dajlah yang mengalir tenang dan diam, keruh, serta penuh rahasia. Saya bermenung melihat airnya mengalir membiarkan khayal saya menjalar dan melayang dalam lembar-lembar sejarah masa lalu, serta mengingat hubungan perjuangan Islam dan kemerdekaan tanah air saya dengan sejarah yang terjadi di tepian dua sungai yang telah banyak melukis sejarah, Yaitu sungai Dajlah dan Sungai Furat...
***
Di tengah jalan, saya meminta mutawif itu mendekat, dan saya berkata, "Kami ini bangsa Indonesia, dan madzhab kami Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni). Madzhab Syafi'i.
Namun, kami tidak membenci zuriah Nabi shalallahu alaihi wassalam. (Keturunan Nabi shalallahu alaihi wassalam). Kami berziarah kemari dari tempat yang jauh karena kami pun cinta kepada HUsain r.a...
***
Bilamana datang tanggal 10 Muharram, orang-orang Syi'ah ramai sekali yang datang ke Baghdad, Karbala dan Najaf. Pada waktu itulah, upacara rapat yang amat mengerikan berlangsung. Badannya dipukuli, baju dirobek. dan ratap berlalu-talu.
Jika ada yang mati pada waktu itu. mereka menganggap itu sebagai kematian yang semulia-mulianya, mati dalam mencintai zuriah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam